Sabtu, 23 November 2013

9 kaligrafi terpopuler

Sebagai seni tulis yang melahirkan karya artistik yang bermutu tinggi, kaligrafi memiliki aturan dan teknik khusus dalam pengerjaannya. Bukan hanya pada teknik penulisan, tetapi juga pada pemilihan warna, bahan tulisan, medium, hingga pena. Secara teknis kaligrafi juga sangat bergantung pada prinsip geometri dan aturan tentang keseimbangan. Aturan keseimbangan ini secara fundamental didukung oleh huruf alif dan titik yang menjadi penanda dan pembeda bagi beberapa huruf Arab. Meski dalam perkembangannya muncul ratusan gaya penulisan kaligrafi, tidak semua gaya tersebut bertahan hingga saat ini.
Ada sembilan gaya penulisan kaligrafi yang populer yang dikenal oleh para pecinta seni kaligrafi.
1. Kufi
dari kota Kufah, Irak, diperkenalkan oleh Bapak Kaligrafi Arab, Ibnu Muqlah (menteri /wazii) masa Kekhalifahan Abbasiyah, Abad 10. Gaya penulisan kaligrafi ini banyak digunakan untuk penyalinan Alquran periode awal. Karena itu, gaya Kufi ini adalah model penulisan paling tua di antara semua gaya kaligrafi. Gaya ini pertama kali berkembang di Kota Kufah, Irak, yang merupakan salah satu kota terpenting dalam sejarah peradaban Islam sejak abad ke-7 M. Gaya penulisan kaligrafi yang diperkenalkan oleh Bapak Kaligrafi Arab, Ibnu Muqlah, memiliki karakter huruf yang sangat kaku, patah-patah, dan sangat formal. Gaya ini kemudian berkembang menjadi lebih ornamental dan sering dipadu dengan ornamen floral.
Pada mulanya Khat Muzawwa (Kubisme) yang banyak disebut sebagai Khat Kufi adalah asal Tulisan Arab yang pernah berjaya di Hirah, Raha, dan Nasibain sebelum kota Kuffah lahir. Kelahiran kota Kuffah sebagai markas agama dan politik Islam telah membawa Khat tersebut pada penyempurnaan bentuk anatomi dan keindahannya lebih-lebih karena dipakai untuk menyalin mushaf-mushaf Al-Quran tersebut keagungan dan keelokannya itu. Kelahiran kota Kuffah itulah yang secara otomatis telah berubah status nama “Khat Hieri “ (dari kata Hiroh ) menjadi Kufi. Fan Hieri atau Kufi inilah yang juga disebut Jazm.
Al-Alusi menulis dalam Bulug Al-Urab :2 ,“ Khat Arab dinamakan Jazm karena khat Kufi pada awalnya bernama Jazm, sebelum kota Kuffah didirikan. Dinamakan Jazm karena dia ‘Juzima” atau “terpotong” dan dilahirkan dari Fan Musnad Humeiri. Dan khat Kufi sudah lama sekali umurnya. Peletaknya adalah Syaidina Ismail A.S. seperti juga disebutkan oleh Ibnu Wahsyiah Al-Nabty dalam kitabnya Syawq Al-Mustaham fi Ma’rifati Rumuz Al-Aqlam.
Sedangkan Ibnu Nadim mengatakan, yang menulis dengan Arab Jazm ini adalah seorang lelaki dari Bani Makhlad Ibnu Al-Nazar Ibnu Kinanah maka sejak itu masyarakat Arab mulai menulis dengannya”. Hingga permulaan abad ke-9 mushaf-mushaf Al-Qur’an Kufi menerima sedikit variasi hias. Sejak itu gaya hias menjadi – seakan – model yang lazim disertakan pada halaman-halaman mushaf. Lebih dari itu adalah bahwa hiasan lebih banyak membantu fungsi-fungsi yang diperlukan seketika Al-Qur’an dibaca.
Yang dimaksud dengan “ hiasan “ pada mushaf Al-Qur’an tersebut adalah, antara lain : ‘unwan ‘ (halaman title, kepala surat (Judul, pembagian baris dalam bentuk yang tertip, pembagian nomor-nomor Ayat, penunjuk fasal dan nama penerbitan. Gaya-gaya ornamental ( Hias ) tersebut pada awalnya dipakai diseluruh kawasan kekuasaaan Islam. Perlu ditekankan bahwa Barat Islam yang sangat konserfatif meneruskan pemakaiannya dengan sedikit perubahan hingga penghabisan abad ke-16, padahal di Timur Islam ia lebih dikembangkan dan digubah sesudah abad ke-10, sehingga melahirkan bentuk-bentuk hias tersendiri yang didesain dalam paduan-paduan Kufi Timur.
Kufi hias menjadi elemen penting dalam seni Islam. Hal itu bisa dilihat, misalnya pada abad ke-8 ia dipergunakan pada penulisan kepala-kepala Al-Qur’an, cetakan mata-mata uang, logam dan tulisan pada peringatan hari-hari besar. Perkembangan huruf-huruf selanjutnya adalah memanjang “kebawah” hingga wilayah sub garis tulisan, suatu model yang menjadi bagian mirip Kufi Barat, akan didiskusikan kemudian dalam studi ini. Setelah memisahkan diri dari keterkaitannya dengan bentuk statis Kufi standar, Kufi Timur lalu menjadi gaya yang sangat rapi dan elok yang terus dipakai hingga waktu-waktu yang sangat belakangan ini.
Sebagian tulisan ornamental untuk kop-kop Al-Qur’an. Satu diantara sumber Kufi yang paling indah adalah khat Qarmatian, dimana karakteristik Kufi Timur, yang sekarang memperoleh kualitas ornamental, berintegrasi dengan keindahan seni hias tanah mencakup terutama disain flora dan arabesque. Namun tulisan ini tidak pernah mendapat ungkapan keterangan secara memuaskan. Ada dua jawaban yang dianggap cocok pernah dikemukakan
Pertama, bahwa nama tersebut diasalkan pada Al-Qaramitah, gerakan pemberontakan Muslim yang didirikan oleh Hamdan Qarmat pada kira-kira tahun 875, dan yang akhirnya meluas menjadi bagian dari kerajaan Islam, mencakup Kurasan di Persia Timur, dimana tulisan Qarmatian selalu dipakai untuk menyalin Al-Qur’an dan tugas-tugas penting keagamaan lainnya. Gerakan Qarmatian bertahan beberapa abad lamanya. Keras dugaan, beberapa anggotanya sangat respons terhadap gerak pertumbuhan tulisan. Beberapa kemungkinan penafsiran lain adalah, keaslian terminology ( Linguistik ) : qarmat, yakni istilah katakerja yang membentuk bagian perkataan ( peribahasa ) ideomatik Arab mencakup kata Khat (kaligrafi), dan bacaan qarmata fil khat yang berarti “membuat huruf-huruf lebih bagus, dan menulis tanda-tanda penyambungan ikut menyempurnakan bersama-sama.” Tanda penyambungan pelengkap itu sebenarnya adalah gambaran tentang tulisan Qarmatian, sebagaimana dapat diperbandingkan dengan Kufi standar. Walaupun model Kufi Qarmatian yang ada relatif jarang, namun ia berada diantara contoh-contoh kaligrafi Arab terindah.
kedua, pada abad ke sepuluh, tulisan Kufi standar pernah dipakai secara umum di Afrika Utara, dan khususnya di Tunisia dan negeri-negeri jiran terdekat ia mulai tumtuh dengan gambaran tersendiri secara jelas. Hal itu bukannya tidak melahirkan konsekuensi yang besar, sebagaimana akan kita lihat nanti, sebab dari Kufi Barat inilah seluruh variasi tulisan di Afrika Utara dan Barat dan Andalusia (Spanyol – Muslim) turun-temurun.
2. Tsuluts
diperkenalkan juga oleh Ibnu Muqlah.
3. Naskhi.
Naskhī script, gaya Islam dari alfabet tulisan tangan dikembangkan di abad ke-4 dari era Islam (yaitu, iklan abad ke-10). Dari awal tulisan Islam, dua jenis script ada berdampingan-yang digunakan untuk korespondensi setiap hari dan berbisnis dan yang digunakan untuk menyalin Al-quran’an. Naskhī script gaya kursif yang dikembangkan dari awal script bisnis kesehariannya. ini tetap mungkin script yang paling populer di dunia Arab. Naskhī adalah sebuah script, dapat dibaca megah dengan penekanan pada garishorizontal dan pada proporsi antara huruf. Dua nama yang terkait dengan pengembangan adalah Ibnu Muqlah (w. 940) dan Ibnu al-Bawwāb (w. 1022 atau 1031), keduanya di di topang Mesopotamia.
Sebuah naskah Qur’an, Ibn al-Bawwāb berada di Perpustakaan Chester Beatty di Dublin. Dari iklan abad ke-11, naskhī secara luas digunakan untuk menyalin Qur’an. Khat Naskhi adalah tulisan yang sampai ke wilayah Arab Hijaz dalam bentuknya yang paling akhir, setelah lepas dari bentuknya yang kuno sebelum masa kenabian. Selanjutnya gaya tulisan yang semakin sempurna tersebut digunakan untuk urusan administrasi perkantoran dan surat-menyurat di zaman kekuasaan Islam. Pada abad ke-3 dan ke-4 hijriyah, pola-pola Naskhi bertambah indah berkat kodifikasi yang dilakukan Ibnu Muqlah (272-328 H).
Para ahli sejarah beranggapan, bahwa Ibnu Muqlah adalah peletak dasar lhat Naskhi dalam bentuknya yang sempurna di zaman Bani Abbas.Di zaman kekuasaan Atabek Ali (545 H), usaha memperindah khat Naskhi mencapai puncaknya sehingga terkenallah gaya yang disebut Naskhi Atabeki yang banyak digunakan untuk menyalin mushaf al-Qur’an di abad pertengahan Islam, dan menggeser keberadaan khat Kufi kuno yang banyak digunakan sebelumnya. Khat ini disebut Naskhi karena para Khattat menulis mushaf al-Qur’an dan berbagai buku dengan menggunakan gayanya.
Naskhi adalah tulisan yang sangat lentur dengan banyak putaran dan hanya memiliki sedikit sudut yang tajam seperti sudut-sudut Kufi. Sekarang huruf-huruf Naskhi menyebar di aneka penerbitan untuk mencetak buku, koran, dan majalah bahkan meluas menjadi huruf-huruf komputer. Dibandingkan dengan gaya lain, Naskhi lebih mudah digunakan untuk mengajari membaca para pemula. Ada kesepakatan, nahwa Naskhi penulis menggoreskan penanya dengan cepat dibandingkan kaligrafi bergaya rumit semisal Sulus, karena huruf-hurufnya yang kecil dan pertemuan secara jelas goresan-goresan memanjangnya, didukung oleh harmoni huruf-huruf dan keindahan posturnya.
Naskhi ada dua model:
a. Khat Naskhi Qadim, Naskhi Qadim atau kuno adalah gaya tulisan yang sampai kepada kita dari zaman Abbas kemudian diperindah oleh Ibnu Muqlah, diperindah lagi oleh masyarakat Atabek, lalu diolah lagi berubah sebuah hasil yang semakin sempurna oleh orang-orang Turki. Para khattat sekarang secara tradisional menulis dengan gaya ini semata karena mengikuti kaedah dan asal muasalnya yang lama, yang telah diletakkan dasar-dasarnya oleh para empu kita dahulu, mencakup ukuran, ketinggian, tipis tebal garis horizontal dan vertikal, sampai bentuk-bentuk lengkungannya.
b. Khat Naskhi Suhufi, Naskhi Suhufi atau jurnalistik merupakan gaya tulisan yang terus berkembang bentuk hurufnya. Dinamakan suhufi karena penyebarannya yang luas di lapangan jurnalistik. Berbeda dengan Naskhi Qadim yang lebih lentur dengan banyak putaran, Naskhi Suhufi cenderung kaku dan pada beberapa bagian mendekati bentuk Kufi karena memiliki sudut-sudut yang tajam. Makanya gaya ini kerap disebut Naskhi-Kufi atau perpaduan Naskhi dan Kufi dengan ciri-ciri umum sapuan horizontalnya sangat tebal dan sapuan vertikalnya sangat tipis dan pendek. Naskhi-Kufi yang banyak digunakan di lapangan advertensi, papan nama, poster, dan judul-judul tulisan koran dan majalah telah masuk dalam dunia komputer sehingga jarang atau bahkan tidak pernah digoreskan langsung oleh tangan.
4. Riq’ah
Dari era daulah Usmaniyah, Riq’ah merupakan salah satu gaya khat ciptaan masyarakat Turki Usmani. Muhammad TahirKurdi menyebutkan, bahwa penggagas dan peletak dasar-dasar kaidah khat Riq’ah adalah Mumtaz Bek, seorang konsultan d zaman Sultan Abdul Majid Khan sekitar tahun 1280 M. letak keberadaan khat Riq’ah berada di antara khat Diwani dank hat Siyaqat, dimana Mumtaz Bek sangat masyhur dengan keahliannya di bidang Diwani seperti para kaligrafer selainnya. Tujuan awal diciptakannya tulisan ini adalah untuk mempersatukan seluruh kaligrafi bagi seluruh pegawai kerajaan, sehingga mereka hanya menulis dengan satu gaya khat dalam semua tata pergaulan resmi yang diterapkan untuk kantor-kantor pemerintahan.
Penciptanya menamakannya Riq’ah yang artinya menurut kamus-kamus bahasa ialah potongan daun untuk menulis dan tidak ada hubungannya dengan khat Riq’ah kuno yang pernah digunakan di seluruh kantor admnistrasi surat menyurat Negara. Beberapa sultan Usmani seperti Sulaiman al-Kanuni dan Abdul Hamid I sangat memperhatikan dan banyak menulis dengan khat Riq’ah. Spesifikasi khat Riq’ah terdapat pada huruf-hurufnya yang pendek dan bias ditulis lebih cepat daripada Naskhi, karena kesederhanaannya dan tidak memiliki struktur yang rumit. Karena itu, kita memiliki kenyataan dalam kehidupan modern ini khat Naskhi khusus digunakan untuk mencetak teks buku, surat kabar, dan majalah, sedangkan khat Riq’ah khusus digunakan untuk catatan tangan atau dikte.
Di lapangan advertising atau untuk penulisan judul-judul surat kabar, Riq’ah sering digunakan karena dapat mencakup kata-kata panjang dengan goresan-goresan yang tidak banyak makan tempat. Pada saat tidak menggunakan pena tipis tebal, khat Riq’ah berfungsi untuk menulis catatan harian seperti pelajaran dan kuliah atau surat menyurat dan reportase para juru tulis seperti wartawan. Kecepatan gerak Riq’ah dapat disamakan dengan stenografi dalam tulisan latin. Hal ini memungkinkan karena spesifikasi hurufnya yang pendek dan beberapa huruf yang diringkas seperti sin tanpa gigi, alif dan lam tanpa tarwis disertai lengkungan-lengkungan sederhana pada ya’, jim, qaf, dan nun.
Keringkasan Riq’ah dapat juga dilihat pada struktur dan komposisi di mana huruf dan kata bertumpang tindih untuk memperpendek jarak tulisan bagi kata-kata yang panjang. Mode ini banyak digunakan terutama untuk judul-judul Koran dan ungkapan iklan. Huruf alif misalnya, dipendekkan dan posisinya dibawah atau diatas huruf-huruf lain. Begitu pula penumpangan awal kata diatas ujung kata sebelumnya supaya tulisan tampil lebih ringkas.
5. Ijazah/Raihani
Eera daulah Usmani di Turki.
6. Diwani
Diperkalkan oleh Ibrahim Munif disempurnakan oleh Syaikh Hamdullah dan kaligrafer daulah Usmani di Turki akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16.
7. Diwani Jali
Diperkenalkan oleh Hafiz Usman, era daulah Usmani di Turki.
8. Farisi
Dari Persi, masa Dinasti Safawi.
9. Moalla
(Iran), diperkenalkan oleh Hamid Ajami, Teheran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar