Sebagai seni tulis yang melahirkan karya
artistik yang bermutu tinggi, kaligrafi memiliki aturan dan teknik
khusus dalam pengerjaannya. Bukan hanya pada teknik penulisan, tetapi
juga pada pemilihan warna, bahan tulisan, medium, hingga pena. Secara
teknis kaligrafi juga sangat bergantung pada prinsip geometri dan aturan
tentang keseimbangan. Aturan keseimbangan ini secara fundamental
didukung oleh huruf alif dan titik yang menjadi penanda dan pembeda bagi
beberapa huruf Arab. Meski dalam perkembangannya muncul ratusan gaya
penulisan kaligrafi, tidak semua gaya tersebut bertahan hingga saat ini.
Ada sembilan gaya penulisan kaligrafi yang populer yang dikenal oleh para pecinta seni kaligrafi.
1. Kufi
dari kota Kufah, Irak, diperkenalkan
oleh Bapak Kaligrafi Arab, Ibnu Muqlah (menteri /wazii) masa
Kekhalifahan Abbasiyah, Abad 10. Gaya penulisan kaligrafi ini banyak
digunakan untuk penyalinan Alquran periode awal. Karena itu, gaya Kufi
ini adalah model penulisan paling tua di antara semua gaya kaligrafi.
Gaya ini pertama kali berkembang di Kota Kufah, Irak, yang merupakan
salah satu kota terpenting dalam sejarah peradaban Islam sejak abad ke-7
M. Gaya penulisan kaligrafi yang diperkenalkan oleh Bapak Kaligrafi
Arab, Ibnu Muqlah, memiliki karakter huruf yang sangat kaku,
patah-patah, dan sangat formal. Gaya ini kemudian berkembang menjadi
lebih ornamental dan sering dipadu dengan ornamen floral.
Pada mulanya Khat Muzawwa (Kubisme) yang
banyak disebut sebagai Khat Kufi adalah asal Tulisan Arab yang pernah
berjaya di Hirah, Raha, dan Nasibain sebelum kota Kuffah lahir.
Kelahiran kota Kuffah sebagai markas agama dan politik Islam telah
membawa Khat tersebut pada penyempurnaan bentuk anatomi dan keindahannya
lebih-lebih karena dipakai untuk menyalin mushaf-mushaf Al-Quran
tersebut keagungan dan keelokannya itu. Kelahiran kota Kuffah itulah
yang secara otomatis telah berubah status nama “Khat Hieri “ (dari kata
Hiroh ) menjadi Kufi. Fan Hieri atau Kufi inilah yang juga disebut Jazm.
Al-Alusi menulis dalam Bulug Al-Urab :2
,“ Khat Arab dinamakan Jazm karena khat Kufi pada awalnya bernama Jazm,
sebelum kota Kuffah didirikan. Dinamakan Jazm karena dia ‘Juzima” atau
“terpotong” dan dilahirkan dari Fan Musnad Humeiri. Dan khat Kufi sudah
lama sekali umurnya. Peletaknya adalah Syaidina Ismail A.S. seperti juga
disebutkan oleh Ibnu Wahsyiah Al-Nabty dalam kitabnya Syawq Al-Mustaham
fi Ma’rifati Rumuz Al-Aqlam.
Sedangkan Ibnu Nadim mengatakan, yang
menulis dengan Arab Jazm ini adalah seorang lelaki dari Bani Makhlad
Ibnu Al-Nazar Ibnu Kinanah maka sejak itu masyarakat Arab mulai menulis
dengannya”. Hingga permulaan abad ke-9 mushaf-mushaf Al-Qur’an Kufi
menerima sedikit variasi hias. Sejak itu gaya hias menjadi – seakan –
model yang lazim disertakan pada halaman-halaman mushaf. Lebih dari itu
adalah bahwa hiasan lebih banyak membantu fungsi-fungsi yang diperlukan
seketika Al-Qur’an dibaca.
Yang dimaksud dengan “ hiasan “ pada
mushaf Al-Qur’an tersebut adalah, antara lain : ‘unwan ‘ (halaman title,
kepala surat (Judul, pembagian baris dalam bentuk yang tertip,
pembagian nomor-nomor Ayat, penunjuk fasal dan nama penerbitan.
Gaya-gaya ornamental ( Hias ) tersebut pada awalnya dipakai diseluruh
kawasan kekuasaaan Islam. Perlu ditekankan bahwa Barat Islam yang sangat
konserfatif meneruskan pemakaiannya dengan sedikit perubahan hingga
penghabisan abad ke-16, padahal di Timur Islam ia lebih dikembangkan dan
digubah sesudah abad ke-10, sehingga melahirkan bentuk-bentuk hias
tersendiri yang didesain dalam paduan-paduan Kufi Timur.
Kufi hias menjadi elemen penting dalam
seni Islam. Hal itu bisa dilihat, misalnya pada abad ke-8 ia
dipergunakan pada penulisan kepala-kepala Al-Qur’an, cetakan mata-mata
uang, logam dan tulisan pada peringatan hari-hari besar. Perkembangan
huruf-huruf selanjutnya adalah memanjang “kebawah” hingga wilayah sub
garis tulisan, suatu model yang menjadi bagian mirip Kufi Barat, akan
didiskusikan kemudian dalam studi ini. Setelah memisahkan diri dari
keterkaitannya dengan bentuk statis Kufi standar, Kufi Timur lalu
menjadi gaya yang sangat rapi dan elok yang terus dipakai hingga
waktu-waktu yang sangat belakangan ini.
Sebagian tulisan ornamental untuk
kop-kop Al-Qur’an. Satu diantara sumber Kufi yang paling indah adalah
khat Qarmatian, dimana karakteristik Kufi Timur, yang sekarang
memperoleh kualitas ornamental, berintegrasi dengan keindahan seni hias
tanah mencakup terutama disain flora dan arabesque. Namun tulisan ini
tidak pernah mendapat ungkapan keterangan secara memuaskan. Ada dua
jawaban yang dianggap cocok pernah dikemukakan
Pertama, bahwa nama tersebut diasalkan
pada Al-Qaramitah, gerakan pemberontakan Muslim yang didirikan oleh
Hamdan Qarmat pada kira-kira tahun 875, dan yang akhirnya meluas menjadi
bagian dari kerajaan Islam, mencakup Kurasan di Persia Timur, dimana
tulisan Qarmatian selalu dipakai untuk menyalin Al-Qur’an dan
tugas-tugas penting keagamaan lainnya. Gerakan Qarmatian bertahan
beberapa abad lamanya. Keras dugaan, beberapa anggotanya sangat respons
terhadap gerak pertumbuhan tulisan. Beberapa kemungkinan penafsiran lain
adalah, keaslian terminology ( Linguistik ) : qarmat, yakni istilah
katakerja yang membentuk bagian perkataan ( peribahasa ) ideomatik Arab
mencakup kata Khat (kaligrafi), dan bacaan qarmata fil khat yang berarti
“membuat huruf-huruf lebih bagus, dan menulis tanda-tanda penyambungan
ikut menyempurnakan bersama-sama.” Tanda penyambungan pelengkap itu
sebenarnya adalah gambaran tentang tulisan Qarmatian, sebagaimana dapat
diperbandingkan dengan Kufi standar. Walaupun model Kufi Qarmatian yang
ada relatif jarang, namun ia berada diantara contoh-contoh kaligrafi
Arab terindah.
kedua, pada abad ke sepuluh, tulisan
Kufi standar pernah dipakai secara umum di Afrika Utara, dan khususnya
di Tunisia dan negeri-negeri jiran terdekat ia mulai tumtuh dengan
gambaran tersendiri secara jelas. Hal itu bukannya tidak melahirkan
konsekuensi yang besar, sebagaimana akan kita lihat nanti, sebab dari
Kufi Barat inilah seluruh variasi tulisan di Afrika Utara dan Barat dan
Andalusia (Spanyol – Muslim) turun-temurun.
2. Tsuluts
diperkenalkan juga oleh Ibnu Muqlah.
3. Naskhi.
Naskhī script, gaya Islam dari alfabet
tulisan tangan dikembangkan di abad ke-4 dari era Islam (yaitu, iklan
abad ke-10). Dari awal tulisan Islam, dua jenis script ada
berdampingan-yang digunakan untuk korespondensi setiap hari dan
berbisnis dan yang digunakan untuk menyalin Al-quran’an. Naskhī script
gaya kursif yang dikembangkan dari awal script bisnis kesehariannya. ini
tetap mungkin script yang paling populer di dunia Arab. Naskhī adalah
sebuah script, dapat dibaca megah dengan penekanan pada garishorizontal
dan pada proporsi antara huruf. Dua nama yang terkait dengan
pengembangan adalah Ibnu Muqlah (w. 940) dan Ibnu al-Bawwāb (w. 1022
atau 1031), keduanya di di topang Mesopotamia.
Sebuah naskah Qur’an, Ibn al-Bawwāb
berada di Perpustakaan Chester Beatty di Dublin. Dari iklan abad ke-11,
naskhī secara luas digunakan untuk menyalin Qur’an. Khat Naskhi adalah
tulisan yang sampai ke wilayah Arab Hijaz dalam bentuknya yang paling
akhir, setelah lepas dari bentuknya yang kuno sebelum masa kenabian.
Selanjutnya gaya tulisan yang semakin sempurna tersebut digunakan untuk
urusan administrasi perkantoran dan surat-menyurat di zaman kekuasaan
Islam. Pada abad ke-3 dan ke-4 hijriyah, pola-pola Naskhi bertambah
indah berkat kodifikasi yang dilakukan Ibnu Muqlah (272-328 H).
Para ahli sejarah beranggapan, bahwa
Ibnu Muqlah adalah peletak dasar lhat Naskhi dalam bentuknya yang
sempurna di zaman Bani Abbas.Di zaman kekuasaan Atabek Ali (545 H),
usaha memperindah khat Naskhi mencapai puncaknya sehingga terkenallah
gaya yang disebut Naskhi Atabeki yang banyak digunakan untuk menyalin
mushaf al-Qur’an di abad pertengahan Islam, dan menggeser keberadaan
khat Kufi kuno yang banyak digunakan sebelumnya. Khat ini disebut Naskhi
karena para Khattat menulis mushaf al-Qur’an dan berbagai buku dengan
menggunakan gayanya.
Naskhi adalah tulisan yang sangat lentur
dengan banyak putaran dan hanya memiliki sedikit sudut yang tajam
seperti sudut-sudut Kufi. Sekarang huruf-huruf Naskhi menyebar di aneka
penerbitan untuk mencetak buku, koran, dan majalah bahkan meluas menjadi
huruf-huruf komputer. Dibandingkan dengan gaya lain, Naskhi lebih mudah
digunakan untuk mengajari membaca para pemula. Ada kesepakatan, nahwa
Naskhi penulis menggoreskan penanya dengan cepat dibandingkan kaligrafi
bergaya rumit semisal Sulus, karena huruf-hurufnya yang kecil dan
pertemuan secara jelas goresan-goresan memanjangnya, didukung oleh
harmoni huruf-huruf dan keindahan posturnya.
Naskhi ada dua model:
a. Khat Naskhi Qadim, Naskhi Qadim atau
kuno adalah gaya tulisan yang sampai kepada kita dari zaman Abbas
kemudian diperindah oleh Ibnu Muqlah, diperindah lagi oleh masyarakat
Atabek, lalu diolah lagi berubah sebuah hasil yang semakin sempurna oleh
orang-orang Turki. Para khattat sekarang secara tradisional menulis
dengan gaya ini semata karena mengikuti kaedah dan asal muasalnya yang
lama, yang telah diletakkan dasar-dasarnya oleh para empu kita dahulu,
mencakup ukuran, ketinggian, tipis tebal garis horizontal dan vertikal,
sampai bentuk-bentuk lengkungannya.
b. Khat Naskhi Suhufi, Naskhi Suhufi
atau jurnalistik merupakan gaya tulisan yang terus berkembang bentuk
hurufnya. Dinamakan suhufi karena penyebarannya yang luas di lapangan
jurnalistik. Berbeda dengan Naskhi Qadim yang lebih lentur dengan banyak
putaran, Naskhi Suhufi cenderung kaku dan pada beberapa bagian
mendekati bentuk Kufi karena memiliki sudut-sudut yang tajam. Makanya
gaya ini kerap disebut Naskhi-Kufi atau perpaduan Naskhi dan Kufi dengan
ciri-ciri umum sapuan horizontalnya sangat tebal dan sapuan vertikalnya
sangat tipis dan pendek. Naskhi-Kufi yang banyak digunakan di lapangan
advertensi, papan nama, poster, dan judul-judul tulisan koran dan
majalah telah masuk dalam dunia komputer sehingga jarang atau bahkan
tidak pernah digoreskan langsung oleh tangan.
4. Riq’ah
Dari era daulah Usmaniyah, Riq’ah
merupakan salah satu gaya khat ciptaan masyarakat Turki Usmani. Muhammad
TahirKurdi menyebutkan, bahwa penggagas dan peletak dasar-dasar kaidah
khat Riq’ah adalah Mumtaz Bek, seorang konsultan d zaman Sultan Abdul
Majid Khan sekitar tahun 1280 M. letak keberadaan khat Riq’ah berada di
antara khat Diwani dank hat Siyaqat, dimana Mumtaz Bek sangat masyhur
dengan keahliannya di bidang Diwani seperti para kaligrafer selainnya.
Tujuan awal diciptakannya tulisan ini adalah untuk mempersatukan seluruh
kaligrafi bagi seluruh pegawai kerajaan, sehingga mereka hanya menulis
dengan satu gaya khat dalam semua tata pergaulan resmi yang diterapkan
untuk kantor-kantor pemerintahan.
Penciptanya menamakannya Riq’ah yang
artinya menurut kamus-kamus bahasa ialah potongan daun untuk menulis dan
tidak ada hubungannya dengan khat Riq’ah kuno yang pernah digunakan di
seluruh kantor admnistrasi surat menyurat Negara. Beberapa sultan Usmani
seperti Sulaiman al-Kanuni dan Abdul Hamid I sangat memperhatikan dan
banyak menulis dengan khat Riq’ah. Spesifikasi khat Riq’ah terdapat pada
huruf-hurufnya yang pendek dan bias ditulis lebih cepat daripada
Naskhi, karena kesederhanaannya dan tidak memiliki struktur yang rumit.
Karena itu, kita memiliki kenyataan dalam kehidupan modern ini khat
Naskhi khusus digunakan untuk mencetak teks buku, surat kabar, dan
majalah, sedangkan khat Riq’ah khusus digunakan untuk catatan tangan
atau dikte.
Di lapangan advertising atau untuk
penulisan judul-judul surat kabar, Riq’ah sering digunakan karena dapat
mencakup kata-kata panjang dengan goresan-goresan yang tidak banyak
makan tempat. Pada saat tidak menggunakan pena tipis tebal, khat Riq’ah
berfungsi untuk menulis catatan harian seperti pelajaran dan kuliah atau
surat menyurat dan reportase para juru tulis seperti wartawan.
Kecepatan gerak Riq’ah dapat disamakan dengan stenografi dalam tulisan
latin. Hal ini memungkinkan karena spesifikasi hurufnya yang pendek dan
beberapa huruf yang diringkas seperti sin tanpa gigi, alif dan lam tanpa
tarwis disertai lengkungan-lengkungan sederhana pada ya’, jim, qaf, dan
nun.
Keringkasan Riq’ah dapat juga dilihat
pada struktur dan komposisi di mana huruf dan kata bertumpang tindih
untuk memperpendek jarak tulisan bagi kata-kata yang panjang. Mode ini
banyak digunakan terutama untuk judul-judul Koran dan ungkapan iklan.
Huruf alif misalnya, dipendekkan dan posisinya dibawah atau diatas
huruf-huruf lain. Begitu pula penumpangan awal kata diatas ujung kata
sebelumnya supaya tulisan tampil lebih ringkas.
5. Ijazah/Raihani
Eera daulah Usmani di Turki.
6. Diwani
Diperkalkan oleh Ibrahim Munif
disempurnakan oleh Syaikh Hamdullah dan kaligrafer daulah Usmani di
Turki akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16.
7. Diwani Jali
Diperkenalkan oleh Hafiz Usman, era daulah Usmani di Turki.
8. Farisi
Dari Persi, masa Dinasti Safawi.
9. Moalla
(Iran), diperkenalkan oleh Hamid Ajami, Teheran.